
Kaki Gajah Terus Menggejala
Sinar Harapan
Oleh Sulung Prasetyo
JAKARTA - Penyakit kaki gajah atau yang sering disebut filariasis/elefantiasis hingga saat ini masih menjadi endemi di ratusan kabupaten di Indonesia (SH, Kamis 28/9).
Gejala ini memprihatinkan dan bagi masyarakat awam kesadaran akan terjangkit penyakit ini dapat membantu penanggulangannya.Waspadalah bila tiba-tiba kaki Anda membesar.
Mungkin saja virus penyebab penyakit filariasis atau dikenal dengan kaki gajah, mulai menghinggap. Hingga awal bulan ini, penyakit pembesaran pada kaki terus saja menggejala.
Bahkan pihak pemerintah daerah Bogor sampai repot-repot menggelar vaksinasi masal untuk memutus rantai epidemi penyakit tersebut di daerah mereka. Sebenarnya penyakit ini sendiri berasal dari cacing yang menempel pada nyamuk. Hewan renik tersebut kemudian dikenal ada tiga jenis di wilayah Asia Tenggara.
Cacing jenis Wuchereria bancrofti yang paling sering ditemukan di negeri tropis seperti Indonesia.Kemudian ada jenis lain bernama Brugia malayi, yang sering ditemukan di berbagai kawasan Asia Tenggara.
Dan yang terakhir jenis Brugia timori, yang banyak ditemukan di daerah kepulauan Sunda kecil, di timur Bali. Seperti pada konsep umum kesehatan masyarakat, sistem penularan penyakit ini juga melalui individu agen di sekitarnya. Biasanya cacing akan menempel pada nyamuk, dan masuk ke aliran darah dalam tubuh melalui gigitan nyamuk. Akibat gigitan ini, virus cacing akan menetap di dalam darah, berkembang biak dan menggejala. “Gejalanya sebenarnya dapat dilihat dengan mudah,” urai J Kevin Baird, seorang ahli dalam penyakit di daerah tropis, dalam tulisannya Elephantiasis Endemic in Rural Indonesia.
“Saat tubuh terlihat demam berulang-ulang setiap satu hingga dua bulan, selama tiga hingga lima hari,” urainya. Lalu kemudian terlihat gejala pembengkakan kelenjar pada paha dan ketiak. “Kalau diraba pembengkakan kelanjar ini akan terasa panas,” paparnya, belum lama ini. Gejala ini kemudian diikuti dengan pembengkakan serupa pada daerah-daerah seperti tungkai kaki, lengan, buah dada, bahkan juga pada kantung buah zakar, hingga mencapai ukuran yang bisa bikin kita geleng kepala. Itulah mengapa penyakit ini dinamakan kaki gajah.
Karena penyakit ini umumnya menyerang kaki sang penderita, hingga berukuran teramat besar, bila dibandingkan ukuran normal. Persebaran Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan I Nyoman Kandun menyatakan guna mengantisipasi penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk itu pemerintah secara berkala melalukan surveilans dengan memeriksa sampel darah penduduk pada malam hari (sebab cacing filaria dan anak cacing filaria/mikrofilaria terlihat dalam darah pada malam hari-red).Hasil survei darah malam yang dilakukan Departemen Parasitologi FKUI di beberapa daerah pada 2001-2002 juga menunjukkan bahwa kisaran prevalensi filariasis di sejumlah daerah seperti Bekasi, Alor (NTT), Bonebolanggo (Gorontalo), Parigi (Sulawesi Tengah) dan Sikka (Maumere) hingga saat ini masih tinggi yakni antara 1 persen hingga 18 persen.“Dalam buku terbaru yang diterbitkan Subdit Filariasis jumlahnya bahkan dinyatakan telah meningkat menjadi 8.000 orang,” kata dr. Taniawati Supali, ahli filariasis dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.,
Rabu (27/9) kepada Antara Ketiga jenis cacing penyebab kaki gajah ini ditemukan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Irian Jaya Barat, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).Infeksi cacing filariasis jenis Brugia malayi umumnya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan dan jenis Wuchereria bancrofti ditemukan di Jawa, Papua, dan Irjabar. Di Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi umumnya ditemukan campuran antara malayi dan bancrofti, dan di NTT campuran Brugia timori dan Wuchereria bacrofti. (ant/ads)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar